19 May 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
HomeDaerahSintangTingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi di Sintang Jadi Sorotan, Dinkes Dorong...

Tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi di Sintang Jadi Sorotan, Dinkes Dorong Peningkatan Kompetensi Bidan

Sintang (Kalbar Sepekan) – Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, masih menjadi isu serius dalam dunia kesehatan. Data terbaru dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2024, tercatat 12 kasus kematian ibu dan 79 kasus kematian bayi. Sementara itu, hingga bulan April 2025, AKI telah mencapai 1 kasus dan AKB sudah menyentuh angka 25 kasus.

Kondisi ini memicu perhatian berbagai pihak, terutama pemerintah daerah dan tenaga kesehatan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Edy Harmaini, mengungkapkan bahwa angka kematian tersebut menunjukkan perlunya penanganan yang lebih maksimal di berbagai lini, terutama dalam aspek pelayanan kesehatan ibu dan anak.

“Untuk data yang terakhir ini, untuk Angka Kematian Ibu di tahun 2024 itu ada 12, kemudian AKB itu ada 79. Untuk data sampai dengan bulan April ini AKI ada 1 dan AKB itu ada 25,” jelas Edy Harmaini kepada media, Selasa (29/4/2025).

Menurut Edy, peran bidan menjadi ujung tombak dalam menekan angka kematian ibu dan bayi. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi para bidan di Kabupaten Sintang menjadi langkah strategis yang terus didorong oleh pihaknya. Ia menyebut bahwa penguasaan keterampilan dalam menangani kondisi kegawatdaruratan menjadi salah satu prioritas pelatihan.

“Cukup tinggi untuk di Sintang ini, maka salah satu kompetensi bidan yang harus ditingkatkan itu di bidang kegawatdaruratan. Bagaimana penanganannya supaya ada kompetensi itu, karena itu sangat menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi,” ujarnya.

Salah satu upaya nyata yang dilakukan adalah pelatihan Basic Obstetric Neonatal Emergency Life Support (BONELS) bagi para bidan, yang digelar di RSUD Ade M. Djoen Sintang. Dinkes Kabupaten Sintang memberikan apresiasi tinggi atas pelatihan tersebut karena dinilai dapat memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di lapangan.

Selain peningkatan sumber daya manusia, Edy juga menyoroti pentingnya dukungan dari aspek infrastruktur dan fasilitas kesehatan. Ia menyebut bahwa tidak semua pusat pelayanan kesehatan memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menangani kasus-kasus kritis yang terjadi pada ibu hamil maupun bayi yang baru lahir.

“Dan yang jadi masalah juga terkait dengan derajat kesehatan, dimana dipengaruhi lingkungan sekitar dan juga bagaimana dukungan dari masyarakat terhadap ibu hamil. Ini yang juga penting,” tambahnya.

Menurutnya, upaya menurunkan AKI dan AKB tidak hanya menjadi tanggung jawab tenaga medis saja, tetapi harus melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Edukasi mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin, nutrisi ibu hamil, hingga peran keluarga dalam mendukung kesehatan ibu dan bayi, menjadi bagian dari solusi jangka panjang.

Edy berharap dengan berbagai intervensi yang dilakukan, angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Sintang dapat ditekan secara signifikan. Targetnya, kondisi kesehatan ibu dan anak di daerah tersebut dapat semakin membaik dalam beberapa tahun mendatang.

“Kami berharap dengan pelatihan, peningkatan fasilitas, dan kesadaran masyarakat yang terus dibangun, Kabupaten Sintang bisa keluar dari zona angka kematian ibu dan bayi yang tinggi. Ini adalah tanggung jawab bersama,” tutup Edy.

IKUTI BERITA KAMI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Iklan Kami -spot_img

Most Popular