22 June 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
HomeDaerahSingkawangFestival Pemandian Rupang Buddha di Singkawang Merupakan Agenda Tahunan

Festival Pemandian Rupang Buddha di Singkawang Merupakan Agenda Tahunan

Singkawang (Kalbar Sepekan) – Festival Pemandian Rupang Buddha yang digelar di Kota Singkawang kembali menyita perhatian publik, khususnya dalam rangka perayaan Hari Raya Waisak 2569 BE yang jatuh pada Senin, 12 Mei 2025. Kegiatan sakral ini tidak hanya menjadi perayaan keagamaan bagi umat Buddha, tetapi juga telah menjadi salah satu agenda tahunan yang memperkuat citra Singkawang sebagai kota multikultural yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan keberagaman.

Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut di kawasan Bagua Point, menyampaikan apresiasinya terhadap pelaksanaan festival yang dinilai mampu menjadi daya tarik wisata spiritual dan budaya bagi masyarakat luar daerah.

“Festival ini adalah dalam rangka Perayaan Hari Raya Waisak 2569 BE. Prosesi Pemandian Rupang Buddha merupakan simbol penyucian diri dan penghormatan terhadap kelahiran Sang Buddha,” ujar Tjhai Chui Mie di sela-sela acara.

Kegiatan dimulai sejak pagi hari dengan prosesi doa bersama yang dipimpin oleh para biksu. Ratusan umat Buddha, baik dari Singkawang maupun luar kota, berkumpul dengan penuh khidmat untuk mengikuti prosesi ritual yang sakral ini. Air suci yang digunakan dalam pemandian rupang atau patung Sang Buddha dipercayai membawa berkah serta makna mendalam bagi setiap individu yang hadir, khususnya dalam momen perenungan spiritual memperingati kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Sang Buddha.

Festival ini pun tidak sekadar menjadi kegiatan keagamaan semata, melainkan mencerminkan bagaimana kebudayaan dan keberagaman di Singkawang hidup berdampingan secara harmonis. Tjhai Chui Mie menekankan pentingnya semangat toleransi yang terus dijaga oleh seluruh lapisan masyarakat.

“Saya sangat mengapresiasi semangat kebersamaan dan toleransi antarumat beragama yang selalu terlihat dalam setiap kegiatan keagamaan di Kota Singkawang. Festival ini juga mencerminkan keragaman budaya yang hidup dalam harmoni,” tambahnya.

Dalam festival tersebut, berbagai elemen masyarakat turut terlibat, mulai dari tokoh agama, pemuda lintas agama, hingga pelaku pariwisata. Hal ini menunjukkan bahwa Festival Pemandian Rupang Buddha bukan hanya menjadi milik komunitas tertentu, melainkan telah menjadi bagian dari identitas kolektif masyarakat Singkawang.

Sebagai salah satu kota dengan populasi Tionghoa terbanyak di Indonesia, Singkawang dikenal dengan berbagai perayaan budaya dan keagamaannya yang kental. Festival Cap Go Meh dan Imlek adalah dua di antaranya yang sudah lebih dulu populer. Namun kini, Festival Pemandian Rupang Buddha juga mulai menunjukkan peran pentingnya dalam memperkaya kalender budaya kota tersebut.

“Prosesi ini telah menjadi agenda tahunan. Saya berharap festival ini semakin dikenal dan bisa menarik kunjungan wisatawan ke Kota Singkawang,” ungkap Wali Kota.

Selain membawa manfaat spiritual, festival ini juga membawa dampak positif bagi sektor ekonomi lokal. Kedatangan wisatawan yang ingin menyaksikan langsung tradisi unik ini memberikan peluang bagi pelaku usaha kecil seperti pedagang makanan, pengrajin cendera mata, dan penyedia jasa akomodasi. Pemerintah Kota Singkawang pun secara aktif mendorong promosi kegiatan budaya seperti ini melalui berbagai platform digital dan kerja sama dengan pelaku pariwisata.

Masyarakat yang hadir tampak antusias mengikuti seluruh rangkaian acara hingga selesai. Beberapa pengunjung bahkan datang dari luar Kalimantan Barat untuk merasakan langsung nuansa damai dan spiritual yang ditawarkan oleh prosesi ini.

Mengapa Festival Ini Penting?

Karena selain memperingati momen suci kelahiran Sang Buddha, festival ini juga menjadi ruang refleksi bagi seluruh masyarakat untuk menumbuhkan nilai-nilai kedamaian, welas asih, dan saling menghargai antar sesama. Di tengah dunia yang semakin kompleks, upaya-upaya kecil seperti ini memberikan harapan bahwa kebersamaan masih dapat terwujud dalam tindakan nyata.

“Semoga nilai-nilai kedamaian dan welas asih selalu hidup dalam masyarakat,” tutup Tjhai Chui Mie.

Dengan latar belakang spiritual, dukungan pemerintah, dan partisipasi masyarakat yang tinggi, Festival Pemandian Rupang Buddha di Singkawang kini telah menjelma menjadi lebih dari sekadar ritual keagamaan. Ia adalah simbol persatuan, pariwisata, dan perayaan akan indahnya hidup berdampingan dalam keberagaman.

IKUTI BERITA KAMI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Iklan Kami -spot_img

Most Popular