Singkawang (Kalbar Sepekan) – Kota Singkawang kembali menunjukkan identitasnya sebagai kota budaya dan toleransi dengan suksesnya pelaksanaan Festival Bakcang yang digelar untuk pertama kalinya di halaman depan Kantor Wali Kota Singkawang, Jalan Firdaus, Kelurahan Pasiran, Kecamatan Singkawang Barat, pada Minggu (1/6/2025). Kegiatan ini berlangsung meriah dan disambut antusias oleh masyarakat, tak hanya dari Singkawang, tetapi juga dari Kota Pontianak dan Kabupaten Sambas.
Festival yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Singkawang melalui Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga ini mengusung semangat pelestarian budaya Tionghoa melalui momentum perayaan Bakcang atau Duanwu Festival, yang memiliki akar sejarah kuat dalam tradisi masyarakat Tionghoa. Event ini menjadi magnet baru bagi wisatawan dan warga lokal untuk mengenal lebih dekat budaya leluhur yang kental dengan nilai-nilai kesetiaan dan penghormatan kepada tokoh sejarah.
Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan apresiasi atas suksesnya pelaksanaan festival perdana ini. Ia mengaku bangga melihat semangat generasi muda yang begitu tinggi dalam mengikuti dan memeriahkan festival ini.
“Seru banget! Atas nama Pemerintah Kota Singkawang, saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh panitia dan sponsor yang sudah berpartisipasi dan bekerja keras hingga acara ini berjalan lancar dan meriah,” ungkap Tjhai.
Ia berharap Festival Bakcang ini bisa terus digelar setiap tahun dan dikemas lebih menarik agar menjadi event tahunan unggulan Kota Singkawang.
“Ini saja baru perdana, tapi sudah sangat ramai dan meriah. Ke depan, kami di pemerintahan siap ikut berkontribusi agar pelaksanaan festival bisa lebih baik dan mendunia,” tambahnya.
Festival ini tidak hanya menghadirkan kegiatan budaya, tetapi juga menyuguhkan berbagai agenda menarik seperti Bakcang Run 5K dan 10K, turnamen Xiangqi (catur Cina) yang digelar di Taman Rekreasi Teratai Indah (TRTI), serta event Mills Shake Out Run yang dipusatkan di halaman Kafe Kopi Ku. Kemeriahan acara pun ditutup dengan permainan Water War (perang air) dan pembagian doorprize, yang menambah semangat peserta dan penonton.
Salah satu kegiatan yang menyita perhatian adalah lomba membungkus bakcang, di mana para peserta berlomba menunjukkan keterampilan mereka dalam membuat makanan tradisional khas yang sarat makna ini. Bakcang sendiri adalah makanan yang terbuat dari ketan dengan isian daging, dibungkus daun bambu dan dikukus.
Di balik kemeriahan ini, tersimpan pesan sejarah yang mendalam. Tjhai Chui Mie menjelaskan, Festival Bakcang memiliki makna untuk mengenang pengorbanan Qu Yuan, seorang menteri yang sangat setia kepada negaranya pada masa Tiongkok kuno. Qu Yuan memilih bunuh diri ketika negerinya diserbu oleh musuh, sebagai bentuk protes atas pengkhianatan yang diterimanya.
“Masyarakat pada waktu itu menunjukkan rasa cinta kepada Qu Yuan dengan membuang bakcang ke sungai, agar jasadnya tidak dimakan ikan atau binatang air lainnya,” jelasnya.
Festival ini biasanya diperingati setiap bulan lima tanggal lima dalam kalender Cina, dan kini mulai dihidupkan kembali sebagai bagian dari kekayaan budaya yang patut diwariskan kepada generasi muda.
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Singkawang, Heri Apriyadi, mengungkapkan bahwa rangkaian kegiatan festival dikemas dalam tiga agenda utama yaitu Bakcang Run, lomba membungkus bakcang, dan water war. Tujuannya agar event ini tak hanya edukatif tapi juga menghibur dan menarik perhatian publik luas.
“Target kita ke depan, Festival Bakcang tidak hanya diikuti warga Kalbar, tapi juga bisa menarik peserta dari luar negeri, khususnya dari negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei,” ujarnya optimis.
Dengan suksesnya Festival Bakcang di Singkawang 2025, Singkawang kembali menegaskan posisinya sebagai kota destinasi budaya yang terbuka, ramah, dan terus berkembang. Diharapkan event seperti ini dapat terus digelar untuk meningkatkan sektor pariwisata sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat.
