Sanggau (Kalbar Sepekan) – Harga komoditas bawang dan tomat di pasar-pasar tradisional Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, mengalami lonjakan secara tiba-tiba. Kenaikan ini mengejutkan masyarakat, terutama para ibu rumah tangga dan pelaku usaha kuliner yang menggantungkan usahanya pada ketersediaan dua bahan dapur penting tersebut.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perikanan (DKPTPHP) Kabupaten Sanggau, Soni Setiawan, saat dikonfirmasi pada Rabu (2/7/2025), menyebutkan bahwa kenaikan harga bawang dan tomat ini disebabkan oleh mahalnya harga pasokan dari luar daerah.
“Selama ini kita bergantung pada pasokan dari luar daerah. Jika pasokan datang dengan harga murah, maka harga di pasar lokal pun bisa terjangkau. Tapi kalau sekarang harganya mahal, berarti memang harga dari daerah produsen sedang tinggi,” jelas Soni.
Menurutnya, Sanggau bukanlah daerah penghasil bawang merah dan tomat dalam skala besar. Ketergantungan terhadap pasokan luar menjadi faktor utama fluktuasi harga. Ketika terjadi gangguan pada distribusi atau panen di daerah asal, harga di tingkat konsumen langsung terpengaruh.
Soni menekankan bahwa kelompok komoditas seperti bawang dan tomat merupakan kebutuhan rumah tangga yang memiliki permintaan tinggi. Oleh karena itu, kestabilan harga sangat penting untuk dijaga, salah satunya melalui peningkatan produksi lokal.
“Khusus bawang merah, memang tidak mudah dalam hal budidaya. Ada tantangan tersendiri yang menyebabkan petani kita belum banyak yang tertarik untuk menanamnya. Ini jadi kendala tersendiri bagi kami untuk meningkatkan produksi lokal,” ungkapnya.
Ia juga menilai pentingnya membangun kerja sama antarwilayah, terutama antara daerah penghasil dan daerah yang kesulitan memproduksi sendiri. Selain itu, pemerintah juga terus mengawasi kelancaran distribusi dari produsen hingga ke pasar agar tidak terjadi penumpukan maupun kelangkaan.
Untuk komoditas seperti tomat, cabai, dan terong, Soni menyebutkan bahwa pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada petani agar lebih semangat membudidayakan tanaman hortikultura tersebut. Ia menyatakan bahwa permintaan pasar terhadap sayur mayur seperti ini cenderung stabil dan memiliki peluang pasar yang baik.
“Tantangan kita bukan di permintaan, tapi di produksi. Kalau petani mau menanam, kami yakin hasilnya akan selalu tertampung oleh pasar. Karena itu, sosialisasi terus kami lakukan,” tambahnya.
Selain mendorong produksi di tingkat petani, DKPTPHP Sanggau juga aktif memperkenalkan konsep urban farming kepada masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah perkotaan. Urban farming adalah metode bercocok tanam di lahan sempit, seperti pekarangan rumah atau pot polybag, yang dapat dimanfaatkan untuk menanam sayuran kebutuhan harian.
“Kalau setiap rumah tangga mulai menerapkan urban farming, seperti menanam tomat atau cabai sendiri di halaman rumah, saya yakin dalam jangka panjang kita bisa ikut menekan harga sayuran di pasar,” kata Soni.
Pemerintah Kabupaten Sanggau, melalui dinas terkait, kini tengah berupaya memperkuat peran petani lokal, termasuk dengan memberikan pelatihan budidaya, bantuan bibit, dan pendampingan teknis agar masyarakat tidak selalu bergantung pada pasokan luar daerah.
Dengan semakin berkembangnya kesadaran masyarakat untuk menanam sendiri dan meningkatnya dukungan kepada petani lokal, diharapkan ketahanan pangan di Kabupaten Sanggau dapat terjaga dan harga-harga kebutuhan pokok bisa lebih stabil ke depannya. seperti pada kasus kenaikan harga bawang dan tomat di sanggau yang naik secara tiba-tiba.