Sintang (Kalbar Sepekan) – Dalam beberapa minggu terakhir, harga elpiji 3 kilogram atau yang dikenal sebagai gas melon mengalami kenaikan signifikan di Kabupaten Sintang.
Di daerah perbatasan Sintang-Malaysia, khususnya di Senaning, Kecamatan Ketungau Hulu, harga gas melon kini mencapai Rp 50 ribu per tabung. “Di perbatasan, harga gas berkisar antara Rp 45 ribu hingga Rp 50 ribu per tabung. Sudah sejak lama harga gas di sini selalu tinggi, biasanya antara Rp 40 ribu hingga Rp 45 ribu per tabung,” ungkap Murjani, Ketua Kelompok Informasi Masyarakat Perbatasan (Kimtas).
Murjani menjelaskan bahwa harga gas melon di perbatasan sangat mahal karena tidak ada agen yang langsung mendistribusikan gas ke Ketungau Hulu dari Sintang. Distribusi gas hanya dilakukan dari Balai Karangan, Kabupaten Sanggau. “Meskipun ada beberapa pangkalan cabang dari Sintang di perbatasan, itu tidak mengubah harga,” ujarnya.
Menurut Murjani, harga gas subsidi 3 kilogram bisa lebih murah jika jalan dari Sintang ke Pintas Keladan atau jalan Sintang-Merakai diaspal. “Saya pikir itu solusinya. Selama barangnya dibawa dari Sintang lewat Sanggau-Balai Karangan ke Ketungau Hulu, harga akan tetap tinggi. Saat ini, gas dijual dengan sambung menyambung, wajar jika mahal sampai ke ujung perbatasan,” jelasnya.
Tidak hanya di daerah perbatasan, harga gas melon juga sangat mahal di Kecamatan Ambalau. Di Nanga Kemangai, ibu kota Kecamatan Ambalau, harga gas melon mencapai Rp 38 ribu per tabung. “Saya baru mendapat informasi hari ini bahwa harga gas sekitar Rp 38 ribu. Bagi warga Ambalau, itu harga normal. Dulu pernah tembus Rp 50 ribu per tabung, itupun sulit dicari,” ungkap Mikhael Wiwinardi, Camat Ambalau.
Wiwinardi menilai harga gas sangat mahal disebabkan oleh akses ke Ambalau yang sangat jauh, ditambah dengan adanya kelangkaan. “Biasanya, meski gas baru datang ke Ambalau, selalu tidak mencukupi, apalagi kalau sedang langka,” katanya.
Jika di ibu kota kecamatan saja harga gas sangat mahal, maka di desa-desa paling hulu tentunya harga gas jauh lebih tinggi. Beberapa desa di Ambalau harus diakses dengan berjalan kaki, sehingga barang dihitung berdasarkan beratnya dan biaya kirim dihitung per kilogram. “Desa yang diakses dengan jalan kaki, di antaranya Deme, Ukai, Menantak, Jengkarang, dan Pahangan,” beber Wiwinardi.
Meskipun harga gas mahal, masyarakat tidak punya pilihan lain. Yang penting bagi mereka adalah ketersediaan barang dan kelancaran pasokan. “Mereka juga paham kondisi, mengingat daerahnya sangat jauh, akses hanya lewat sungai dan BBM mahal, tidak satu harga seperti pernyataan pemerintah pusat,” tuturnya.
Di Kota Sintang dan sekitarnya, harga gas juga tinggi. Di Balai Agung, Kecamatan Sungai Tebelian, harga per tabung mencapai Rp 29 ribu, sementara di Kota Sintang, harga gas bervariasi namun rata-rata di atas Harga Eceran Tertinggi (HET), dengan beberapa tempat menjual hingga Rp 26 ribu per tabung atau lebih.