Informasi (Kalbar Sepekan) – Apa arti dari ungkapan “Adil Ka’Talino Bacuramin Ka’Saruga Basengat Ka’Jubata” merupakan semboyan khas dari suku Dayak, terutama dari sub-suku Dayak Kanayat’n (Kanayan) yang berada di wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Kalimat ini kerap kali terdengar dalam baik itu pada saat sambutan atau pidato oleh tokoh adat, agama, maupun pejabat pemerintah, sebagai salam pembuka memiliki makna mendalam bagi kehidupan. Bagi masyarakat Dayak, semboyan ini bukan hanya sekadar kalimat, tetapi sebuah falsafah hidup yang mencerminkan prinsip keadilan, kebaikan, dan ketuhanan.
Saat penulis masih duduk di kelas 5 SD, ungkapan ini menjadi pertanyaan polos karena kerap kali mendengarnya saat diberbagai kegiatan. Penasaran dengan maknanya, penulis pernah bertanya kepada sang nenek (Nenek No Daut), seorang warga asli suku Dayak Kanayat’n, ketika saat itu penulis membersihkan badan habis kegiatan menangguk (mencari ikan) di sungai. Dari penjelasannya, semboyan ini memiliki arti yang sangat mendalam juga terdapat tiga bagian inti, dari ketiga maknanya masing-masing mengandung pesan penting dalam kehidupan bermasyarakat dan bertuhan.
Sejarah Semboyan dari suku Dayak tersebut
Ungkapan dari kalimat “Adil Ka’Talino Bacuramin Ka’Saruga Basengat Ka’Jubata” pertama kali diperkenalkan pada saat Musyawarah Adat Naik Dangau di Anjungan, saat itu merupakan wilayah dari Kabupaten Pontianak tahun 1985. Tiga tokoh Dayak, yaitu Bahaudin Kay, RA Rahmad Sahudin, dan Ikot Rinding, merupakan penggagas dari semboyan ini. Seiring waktu, semboyan ini menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Dayak dan sering disampaikan dalam berbagai kesempatan resmi.
Kembali pada tahun 2006, semboyan ini secara resmi diakui sebagai salam nasional bagi masyarakat Dayak, dan tahun 2010, diakui sebagai falsafah Dayak sedunia dalam acara peluncuran Borneo Dayak Forum di Kuching, Sarawak, Malaysia.
Dengan demikian semboyan ini semakin dikenal luas setelah Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis, mengucapkannya sebagai salam pembuka sambutannya yang turut dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat itu dalam acara Bulan Bakti di Pontianak. Tidak hanya sampai disitu saja popularitas semboyan ini kemudian meluas hingga diadopsi di berbagai wilayah Kalimantan, termasuk Kalimantan Tengah.
Untuk itu mari kita gali lebih lagi makna Filosofis dari “Adil Ka’Talino Bacuramin Ka’Saruga Basengat Ka’Jubata”
- Adil Ka’Talino, merupakan bagian pertama penyebutan dari semboyan ini, “Adil Ka’Talino,” memiliki arti “bersikap adil kepada sesama manusia.” Dalam budaya Dayak, prinsip keadilan dipegang teguh sebagai pedoman hidup bersama. Sikap adil tidak hanya berlaku bagi sesama orang Dayak, tetapi untuk semua manusia, tanpa memandang suku, agama, atau status sosial. Prinsip ini mengingatkan kita pada Pancasila, khususnya sila kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,” yang mengedepankan keadilan sosial dalam hubungan antarmanusia.
- Bacuramin Ka’Saruga, dalam bagian kedua ini menyebutkan, “Bacuramin Ka’Saruga,” memiliki arti “bercermin kepada surga.” Makna ini mengandung pesan agar setiap individu selalu berusaha hidup dengan baik, seakan bercermin pada kehidupan di surga yang penuh kebaikan dan kedamaian. Dalam kehidupan sehari-hari, semboyan ini mengajarkan kita untuk menjadikan kebaikan dan kedamaian sebagai tujuan hidup serta mengedepankan dari nilai-nilai moral juga etika dalam setiap tindakan.
- Basengat Ka’Jubata, pada penyebutan ini adalah bagian akhi dari semboyan tersebut, “Basengat Ka’Jubata,” mengartikan “bernafas ke Tuhan Yang Maha Esa.” Tentunya bagi masyarakat Dayak, Basengat Ka’Jubata memberikan penegasan bahwa manusia harus hidup dengan menyadari keberadaan Tuhan dan berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan. Yang mana manusia hanya dapat hidup karena kasih dan kehendak dari Tuhan, sampai pada berperilaku dalam kehidupan sehari-hari harus selaras dengan ajaran-Nya.
Tadi kita sudah membahas ketiga butir penting semboyan tersebut, secara keseluruhan, semboyan “Adil Ka’Talino Bacuramin Ka’Saruga Basengat Ka’Jubata” mencerminkan kehidupan ideal dari masyarakat Dayak yang menjunjung tinggi dari nilai-nilai keadilan, moralitas, dan ketuhanan. Semboyan ini tentunya telah sejalan dengan Pancasila, yang mengajarkan persatuan dan keadilan sosial di bawah naungan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Jawaban dari penyampaian semboyan tersebut, arus arus arus
Tadi di atas kita sudah membahas berbagai makna dan membahas ketiga butir semboyan tersebut, sekarang ketika seseorang mengucapkan semboyan ini dalam sebuah acara, respons dari pendengar dari ucapan semboyan itu adalah “Arus” sebanyak tiga kali. Kata “Arus” memiliki arti seperti “amin” atau “ya,” atau lebih tepat “harus” yang mengandung makna “terus mengalir dan hidup.” Arus merupakan kata yang menggantikan istilah lama “Auk/Au” yang juga diambil dari bahasa dayak Kanayat’n (Kanayan) dan pada tahun 2002 berdasarkan dari instruksi Lembaga Adat Dayak Provinsi Kalimantan Barat, ungkapan tersebut terus dapat disampaikan.
Seberapa Penting Semboyan Dayak ini?
Tentunya apabila tadi kita sudah bahas dari ketiga butir ungkapan tersebut, pastinya bagi masyarakat Dayak, semboyan ini lebih dari sekadar kata-kata; ungkapan ini menjadi bagian dari identitas budaya yang perlu terus dijaga dan dilestarikan. Ungkapan ini juga dapat menjadi pengingat bagi generasi muda Dayak akan warisan budaya leluhur mereka dan pentingnya menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai semboyan yang diakui secara internasional oleh masyarakat suku Dayak, kalimat ini juga menjadi identitas yang mengangkat martabat masyarakat Dayak di mata dunia.
Kesimpulan Penulis
Dari semboyan yang tadi kita bahas tentang “Adil Ka’Talino Bacuramin Ka’Saruga Basengat Ka’Jubata,” memiliki makna yang dalam tentang bagaimana seharusnya manusia hidup di dunia ini: berlaku adil kepada sesama, menjadikan kebaikan sebagai cermin berjalan berdampingan dalam kehidupan, dan berpedoman hidup kepada Tuhan, seperti napas untuk kita hidup. Saat ini, tentunya semboyan tersebut tidak hanya menjadi kebanggaan bagi masyarakat suku Dayak saja, tetapi juga dapat menjadi simbol dari nilai-nilai luhur yang relevan bagi semua manusia.
Untuk itu, jika suatu hari Kamu mendengar atau menyaksikan semboyan ini diucapkan dalam sebuah acara, semoga Anda tidak hanya kagum, tetapi juga memahami arti dan makna filosofis yang tersirat ini memiliki arti mendalam dari ungkapan tersebut. Penulis berharap semoga kedepannya semboyan ini dapat terus hidup dan menjadi pedoman moral bagi semua orang, bukan hanya bagi masyarakat suku Dayak saja, tetapi bagi semua yang ingin hidup dengan adil, baik, dan bertuhan.
Itulah pembahasan dari penulis tentang bagaimana salam Dayak, kita juga bahas Apa arti bahasa Dayak arus-arus dan yang paling penting kita sudah membahas Apa arti dari Adil Ka Talino Bacuramin Ka Saruga Basengat Ka Jubata. Sekarang ini penulis masih akan membahas tentang Apa arti tabe salamat lingu nalatai salam sujud karendem malempang pada tulisan berikutnya. Tetap tunggu ya, artikel selanjutnya. Sampai jumpa, salam sehat