3 December 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
HomeDaerahSingkawangTertinggi se-Kalbar Kasus DBD di Singkawang

Tertinggi se-Kalbar Kasus DBD di Singkawang

Singkawang (Kalbar Sepekan) – Kota Singkawang kembali menjadi sorotan setelah tercatat sebagai daerah dengan kasus demam berdarah dengue (DBD) tertinggi di Kalimantan Barat sepanjang tahun 2025. Informasi ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (DKKB) Kota Singkawang, Achmad Hardin, pada Minggu di Singkawang. Ia mengungkapkan bahwa hingga akhir November, total 236 kasus DBD telah dilaporkan, dengan satu kasus di antaranya meninggal dunia.

Menurut Achmad, data tersebut menempatkan Singkawang sebagai daerah dengan jumlah kasus DBD terbanyak dibandingkan seluruh kabupaten dan kota lainnya di Kalbar. Lonjakan kasus semakin terasa sejak Oktober, ketika kondisi cuaca mulai berubah dari panas menuju musim hujan.

Perubahan Cuaca Jadi Pemicu Utama Lonjakan Kasus

Achmad menjelaskan bahwa perubahan cuaca yang tidak menentu menjadi faktor signifikan dalam peningkatan kasus DBD. Ketika intensitas hujan mulai tinggi, genangan air semakin mudah terbentuk dan menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak. Kondisi lingkungan yang tidak terawat turut memperparah situasi.

“Perubahan cuaca dari panas ke musim hujan sangat berpengaruh pada siklus perkembangbiakan nyamuk. Ditambah dengan lingkungan yang kurang bersih, ini membuat risiko penularan semakin besar,” ujarnya.


Ia menegaskan bahwa meski pemerintah telah melakukan sejumlah intervensi, upaya pengendalian tidak akan berjalan optimal jika masyarakat tidak berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Langkah Pemerintah Belum Cukup Tanpa Partisipasi Warga

Pemerintah Kota Singkawang melalui DKKB selama ini telah melakukan berbagai program pemberantasan jentik, termasuk inspeksi rutin di seluruh wilayah kerja puskesmas. Namun Achmad menegaskan bahwa penanganan DBD tidak dapat hanya mengandalkan pemerintah.

“DBD ini sulit dihentikan jika tidak disertai kepedulian masyarakat. Kuncinya adalah menjaga kebersihan lingkungan dan memberantas sarang nyamuk di tempat penampungan air,” katanya.

Ia mengingatkan agar setiap tempat penampungan air ditutup rapat atau diberi bubuk abate untuk memutus siklus perkembangan nyamuk sejak fase telur. Kebiasaan sebagian masyarakat yang hanya mengandalkan fogging juga dinilai kurang efektif.

Fogging Bukan Solusi Utama

Achmad menjelaskan bahwa fogging hanya berfungsi membunuh nyamuk dewasa yang usia hidupnya relatif singkat, sekitar 10 hari. Sementara itu, telur nyamuk dapat bertahan dalam kondisi kering selama berbulan-bulan.

“Yang harus dibasmi adalah telurnya. Fogging hanya mematikan nyamuk dewasa. Kalau sarangnya tidak dibersihkan, siklus perkembangannya tidak akan putus,” ujarnya.

Jika fogging memang perlu dilakukan, wilayah yang mendapat perlakuan harus menyeluruh dalam radius minimal 100 meter. Hal ini agar nyamuk yang tersisa tidak berpindah ke lokasi lain yang tidak terkena asap.

Sekolah Jadi Lokasi yang Perlu Diwaspadai

Selain lingkungan permukiman, Achmad juga menyoroti fasilitas pendidikan sebagai tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Pasalnya, sebagian besar pasien DBD merupakan siswa sekolah. Hal ini terkait dengan aktivitas nyamuk Aedes aegypti yang paling aktif menggigit pada siang hari.

“Sekolah harus menjadi perhatian. Pemberantasan sarang nyamuk harus dilakukan di sekolah juga. Karena nyamuk ini aktif pada waktu anak-anak belajar,” jelasnya.

Ajak Warga Gencarkan Gotong Royong

Melihat tren peningkatan kasus yang cukup mengkhawatirkan, Achmad kembali mengajak seluruh masyarakat untuk menjalankan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara berkala. Ia meyakini bahwa dengan kolaborasi kuat antara pemerintah dan warga, angka kasus DBD dapat ditekan dalam waktu dekat.

“Kami berharap masyarakat lebih peduli dengan kondisi lingkungan. Dengan gotong royong dan kesadaran bersama, kita bisa mencegah penularan dan menurunkan kasus DBD di Singkawang,” pungkasnya.

Dengan tingginya angka kasus di tahun ini, pemerintah daerah menegaskan akan terus meningkatkan upaya pengendalian dan edukasi kepada masyarakat. Kewaspadaan dinilai menjadi kunci utama agar kasus DBD tidak semakin meluas menjelang puncak musim hujan.

Penulis :ChD

IKUTI BERITA KAMI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Iklan Kami -spot_img

Most Popular