12 December 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
HomeBeritaDi Tanjungpinang, Santan Kelapa Mulai Langka

Di Tanjungpinang, Santan Kelapa Mulai Langka

Tanjungpinang (Kalbar Sepekan) – Dalam sebulan terakhir, warga Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, dengan kelangkaan santan kelapa ini tentunya berdampak pada kenaikan harga yang signifikan. Kondisi ini menimbulkan keluhan dari pedagang dan konsumen yang bergantung pada santan sebagai bahan pokok masakan.

Apa yang Terjadi?

Permasalahan dari kelangkaan santan kelapa di Tanjungpinang dipicu oleh penurunan pasokan kelapa dari daerah penghasil utama seperti Natuna, Lingga, dan Pulau Tujuh. Jay, seorang pedagang kelapa di Pasar Bintan Centre, menyebutkan bahwa ia kini hanya dapat menyetok 100–150 buah kelapa per hari, dibandingkan biasanya 250 buah.

“Harga kelapa naik drastis. Biasanya Rp3.000–Rp4.000 per buah, sekarang menjadi Rp7.000–Rp8.000. Santan juga ikut naik dari Rp18.000 menjadi Rp30.000 per kg,” ungkap Jay pada Sabtu (7/12/2024).

Mengapa Kelapa Langka?

Dalam kesempatan tersebut Jay menyebutkan bahwa sebagian besar kelapa lokal diduga dijual ke luar negeri, seperti Cina, melalui kapal pengangkut dari Kalimantan. Hal ini berpengaruh mengurangi pasokan untuk kebutuhan lokal di Tanjungpinang.

“Kabarnya, kelapa dibeli oleh pihak luar negeri dengan harga tinggi. Itu sebabnya stok kelapa untuk masyarakat lokal jadi menipis,” tambahnya.

Siapa yang Terdampak?

Dengan adanya kelangkaan ini paling dirasakan oleh pedagang makanan dan warga yang membutuhkan santan untuk acara besar. Butet, seorang penjual makanan, mengatakan bahwa kenaikan harga ini membuat banyak pedagang kebingungan.

“Kawan-kawan saya yang sesama penjual makanan jadi sulit. Biasanya kelapa hibrida tidak laku, tapi sekarang malah dicari sebagai alternatif. Saya sendiri sampai berbagi kelapa hibrida dari pohon di rumah untuk membantu mereka,” ujarnya.

Bagaimana Konsumen Merespons?

Dengan kelangkaan ini terlebih menjadikan harga santan kepala melambung tinggi, permintaan santan kelapa tetap ada, terutama dari konsumen yang membutuhkan untuk memasak makanan khas seperti rendang dalam pesta atau usaha kuliner.

“Kalau untuk kebutuhan berjualan atau pesta, tetap harus beli. Tapi untuk konsumsi pribadi, mungkin bisa ditahan dulu,” jelas Jay.

Apa Harapan untuk Mengatasi Masalah Ini?

Dalam rangka meghadapi kelangkaan ini pedagang maupun konsumen berharap pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi kelangkaan ini. Stabilitas harga kelapa dinilai sangat penting untuk menjaga keberlanjutan usaha kecil yang bergantung pada bahan tersebut.

“Harapannya, pemerintah bisa membantu mengembalikan pasokan kelapa agar harga kembali stabil,” ujar Jay.

Langkah Apa yang Dapat Diambil?

Dalam rangka upaya mengatasi situasi ini, diperlukan langkah kolaboratif antara pemerintah dan pihak terkait, seperti:

  • Regulasi ekspor kelapa – Mengutamakan kebutuhan pasar lokal sebelum memenuhi permintaan luar negeri.
  • Diversifikasi pasokan – Menggalakkan pengadaan kelapa dari wilayah lain untuk menambah stok di Tanjungpinang.
  • Penyuluhan dan dukungan – Membantu pedagang dan konsumen beradaptasi dengan situasi ini, misalnya melalui subsidi atau inovasi alternatif bahan masakan.

Dalam menghadapi kelangkaan santan kelapa di Tanjungpinang bukan hanya persoalan ekonomi, tetapi juga berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Dengan sinergi dari berbagai pihak, diharapkan masalah ini dapat segera teratasi dan harga kelapa kembali stabil.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Iklan Kami -spot_img

Most Popular