20 November 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
HomeInformasiOevang Oeray: Suku Dayak Pertama yang Jadi Gubernur Kalbar

Oevang Oeray: Suku Dayak Pertama yang Jadi Gubernur Kalbar

Kalbar Sepekan – Johanes Chrisostomus “JC” Oevaang Oeray atau kerap dikenal juga Oevang Oeray(18 Agustus 1922-17 Juli 1986) mencatat sejarah sebagai Gubernur Kalimantan Barat pertama dari suku Dayak, menjabat dari 30 Januari 1960 hingga 1 Juli 1966. Perjalanan hidupnya penuh liku, ditandai tekad kuat memperjuangkan martabat suku Dayak, kebebasan beragama, dan pemerataan pembangunan di Kalbar.

Lahir di Kedamin, Kapuas Hulu, dalam keluarga petani Dayak, Oevaang mengenyam pendidikan di sekolah misi Katolik di Kalbar. Pendidikan agamanya kemudian menjadi landasan bagi komitmennya pada kebebasan beragama dan pemisahan agama dari negara.

Karir politik Oevaang dimulai dengan pendirian Partai Persatuan Dayak (PPD), yang ikut ambil bagian dalam Pemilu 1955. Melalui PPD, ia berhasil meraih satu kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), mewakili Kalbar.


Namun, pada 1959, Presiden Soekarno melarang partai yang secara etnis, dan PPD pun dibubarkan. Oevaang kemudian bergabung dengan Partindo (Partai Indonesia) untuk melanjutkan perjuangannya di ranah politik.

Pada awal 1960, Oevaang diangkat menjadi gubernur melalui keputusan presiden setelah dipilih oleh Dewan Perwakilan Daerah Kalbar. Ia menjabat di tengah tantangan etnis dan politik yang kompleks. Masa kepemimpinannya dikenal sebagai periode penting dalam pengembangan Kalbar, terutama dalam mengangkat aspirasi masyarakat suku Dayak.

Sebagai pemimpin, Oevaang menunjukkan integritas tinggi terhadap prinsip kebebasan beragama. Ia dikenal vokal mendukung pemisahan gereja dan negara, serta menjunjung tinggi hak setiap kelompok agama tanpa intervensi dari negara.

Pada masa konfrontasi Indonesia–Malaysia, Oevaang memberikan dukungan politik kepada Presiden Soekarno dalam menolak pembentukan Federasi Malaysia, menunjukkan keberpihakannya pada semangat nasionalisme dan integritas wilayah Indonesia.

Namun, setelah peristiwa G30S/PKI, kedekatannya dengan Soekarno membawanya ke pusaran kontroversi. Oevaang meskipun tidak terbukti sebagai anggota PKI dan sejumlah tokoh Dayak dituduh sebagai simpatisan komunis. Tuduhan ini kemudian memicu pemberhentian dirinya. Pada 12 Juli 1966, Menteri Dalam Negeri Basuki Rahmat mencopot Oevaang dari jabatan gubernur dan menggantikannya dengan Letnan Kolonel Soemadi.

Meski dilepas dari jabatan gubernur, pengabdian Oevaang terhadap Kalbar dan suku Dayak tidak berhenti. Ia kemudian bergabung dengan Partai Golongan Karya (Golkar) dan terpilih sebagai anggota DPR RI periode 1977-1982. Bahkan hingga akhir hayat, Oevaang aktif dalam organisasi politik sebagai anggota Dewan Pertimbangan Golkar Kalbar.

Kiprah Oevaang juga diabadikan melalui pengakuan akademis dan publikasi sejarah. Sebuah biografi berjudul J.C. Oevaang Oeray: Riwayat Hidup dan Pengabdiannya menegaskan bahwa ia berperan besar dalam merintis pendidikan dan pembangunan ekonomi lokal, termasuk dorongan terhadap pengembangan universitas negeri di Kalbar.

Sebagai seorang Dayak Katolik, Oevaang juga memberi ruang dan suara bagi masyarakat Dayak dalam struktur politik provinsi sebuah prestasi luar biasa mengingat ketegangan etnis-politik kala itu. Kiprahnya tak hanya berdampak di Kalbar, tetapi juga menginspirasi perjuangan identitas dan hak masyarakat adat di Indonesia.

Warisan Oevaang Oeray tetap hidup hingga kini: namanya diusulkan sebagai pahlawan nasional, dan kisah kepemimpinannya menjadi simbol perlawanan dan kebanggaan Dayak di Kalimantan Barat.

IKUTI BERITA KAMI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Iklan Kami -spot_img

Most Popular