11 March 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
HomeBeritaSukatani Band, Sebenarnya Kritik Siapa?

Sukatani Band, Sebenarnya Kritik Siapa?

Purbalingga (Kalbar Sepekan) – Band post-punk asal Purbalingga, Sukatani, tengah menjadi sorotan setelah lagu mereka yang berjudul “Bayar Bayar Bayar” viral di media sosial. Lagu tersebut mengandung lirik yang menyebut “bayar polisi,” sehingga memicu berbagai reaksi dari publik. Akibatnya, Sukatani yang digawangi oleh Alectroguy dan Twister Angel, memutuskan untuk meminta maaf secara terbuka dan menarik lagu tersebut dari semua platform streaming digital.

Permintaan maaf tersebut disampaikan langsung melalui akun Instagram resmi mereka pada Kamis (20/2/2025). Dalam pernyataannya, Alectroguy menyampaikan permohonan maaf kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo serta institusi Polri atas lirik dalam lagu mereka yang menyinggung pihak kepolisian.

“Mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak Kapolri dan institusi Polri atas lagu ciptaan kami dengan judul ‘Bayar Bayar Bayar’ yang liriknya mengandung kata ‘bayar polisi’ sehingga viral di beberapa platform media sosial,” ujar Alectroguy.

Lagu “Bayar Bayar Bayar” menjadi viral setelah Sukatani membawakannya secara langsung dalam sebuah pertunjukan. Video penampilan mereka kemudian menyebar luas di berbagai media sosial, memancing beragam tanggapan dari masyarakat. Seiring meningkatnya kontroversi, band ini mengambil keputusan untuk menarik lagu tersebut dari semua layanan streaming dan meminta agar publik tidak lagi menyebarluaskan rekaman lagu tersebut.

Dalam klarifikasinya, Alectroguy menjelaskan bahwa lagu tersebut sebenarnya ditujukan untuk oknum kepolisian yang melanggar aturan. Namun, karena liriknya menyebut “bayar polisi” secara eksplisit, banyak pihak yang menafsirkan lagu tersebut sebagai kritik terhadap institusi kepolisian secara keseluruhan. Menyadari potensi kesalahpahaman yang lebih luas, Sukatani akhirnya memilih untuk menghapus lagu tersebut dari peredaran.

“Sebenarnya lagu itu saya ciptakan untuk oknum kepolisian yang melanggar peraturan,” ujar Alectroguy. “Namun, saya telah mencabut dan menarik lagu tersebut agar tidak menimbulkan kesalahpahaman lebih lanjut.”

Sukatani sendiri merupakan duo dance-punk yang aktif sejak 2022. Mereka dikenal karena musik mereka yang lantang menyuarakan kritik sosial serta aksi panggung yang unik, seperti membagikan sayuran kepada penonton sebagai bentuk solidaritas terhadap para petani. Beberapa lagu dalam album debut mereka yang berjudul “Gelap Gempita” juga mengangkat isu-isu agraria dan realitas sosial masyarakat kelas bawah.

Kontroversi ini pun menarik perhatian Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Menanggapi permintaan maaf dari Sukatani, Kapolri menegaskan bahwa Polri tidak anti-kritik dan menghormati kebebasan berekspresi selama dilakukan dengan cara yang konstruktif. Ia juga menekankan bahwa tidak ada masalah dengan kritik yang disampaikan melalui lagu tersebut dan menyebut insiden ini sebagai bentuk miskomunikasi.

“Tidak ada masalah, mungkin ada miskomunikasi, namun sudah diluruskan. Polri tidak antikritik, kritik merupakan masukan untuk evaluasi,” ujar Kapolri kepada wartawan pada Jumat (21/2/2025).

Lebih lanjut, Kapolri juga menyatakan bahwa anggota Polri harus bersikap legawa dalam menerima kritik serta berupaya memperbaiki kinerja mereka berdasarkan masukan dari masyarakat. Ia menegaskan bahwa Polri menerapkan sistem reward and punishment, di mana anggota kepolisian yang berprestasi akan mendapatkan penghargaan, sementara yang melanggar aturan akan dikenai sanksi.

“Kami terus berupaya melakukan perbaikan dan evaluasi terhadap kekurangan, dan tentunya itu menjadi komitmen Polri,” tambahnya.

Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko, juga menegaskan bahwa Polri berkomitmen menjadi institusi modern yang terbuka terhadap kritik. “Komitmen dan konsistensi Polri adalah terus berupaya menjadi organisasi yang modern, yaitu Polri tidak anti kritik,” kata Trunoyudo.

Kasus ini menjadi perbincangan luas di kalangan netizen dan komunitas musik independen. Banyak yang menilai bahwa tindakan Sukatani menarik lagu mereka dari peredaran adalah langkah yang berlebihan, mengingat kritik terhadap berbagai institusi, termasuk Polri, merupakan bagian dari kebebasan berekspresi. Di sisi lain, ada pula yang mengapresiasi langkah Sukatani untuk menghindari polemik yang lebih besar.

Terlepas dari kontroversi ini, Sukatani tetap menjadi salah satu band post-punk yang diperhitungkan dalam skena musik independen Indonesia. Dengan gaya bermusik yang khas serta lirik-lirik yang menyoroti isu sosial, mereka terus mendapat tempat di hati penggemar musik alternatif. Band ini juga dijadwalkan tampil di beberapa festival musik besar tahun ini, termasuk Pestapora 2024 dan Synchronize Festival 2024, yang akan menjadi ajang bagi mereka untuk kembali menunjukkan eksistensinya di panggung musik nasional.

Kisah Sukatani dan lagu “Bayar Bayar Bayar” menjadi contoh bagaimana musik dapat menjadi alat kritik sosial yang kuat, namun juga dapat menimbulkan kontroversi jika tidak dikomunikasikan dengan tepat. Insiden ini juga menjadi pengingat bahwa kebebasan berekspresi di ruang publik tetap harus diimbangi dengan tanggung jawab dan pemahaman akan dampak yang ditimbulkannya.

IKUTI BERITA KAMI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Iklan Kami -spot_img

Most Popular