Kalbar Sepekan – Sebuah keajaiban arsitektur yang sangat mengesankan, Rumah Hakka (Tulou) yang terletak di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat, telah menarik perhatian banyak orang. Rumah ini memiliki sentuhan dan aura yang sangat khas Tiongkok, mengingatkan kita pada suasana negeri Tiongkok yang kaya akan budaya.
Bagi pecinta film-film Mandarin seperti Shaolin Soccer, Kung Fu Hustle, atau Mulan (Disney), bentuk rumah ini mungkin sudah sangat familiar. Rumah Hakka, atau dikenal dengan sebutan Tulou 土楼, memiliki bentuk lingkaran besar yang mampu menampung beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah, semuanya berasal dari sub-suku Han yang dikenal sebagai Hakka 客家 atau Khek.
Di Provinsi Kalimantan Barat, banyak sub-suku Hakka yang telah lama menetap di Kota Singkawang. Ini menjadi tempat awal kedatangan, permukiman, dan kegiatan perdagangan orang Hakka. Hal ini tercermin dalam kuliner, bahasa, tradisi, dan arsitektur yang mereka bawa. Namun, beberapa keluarga Hakka juga menyebar ke daerah lain seperti Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya.
Sebelumnya, mungkin Anda hanya pernah melihat replika Rumah Hakka yang dibangun sementara saat perayaan Imlek di Singkawang. Namun, sekarang Anda dapat melihat replika permanen yang sangat mirip dengan aslinya di Rumah Hakka Kalbar yang terletak di Kabupaten Kubu Raya.
Salah satu hal yang sangat menarik tentang Rumah Hakka Kalbar adalah penggunaan bahan bangunan asli, tanpa menggunakan plester, sehingga semua dinding bangunan terbuat dari batu bata asli. Ini sesuai dengan makna dari ‘Tulou’ itu sendiri, yaitu bangunan bertingkat yang terbuat dari tanah. Batu bata yang digunakan berasal dari Kalimantan Barat, khususnya dari Kota Singkawang.
Menurut informasi dari hakkaindonesia.com, Rumah Hakka Kalbar menggunakan jenis atap bitumen/aspal berkualitas tinggi, yang terdiri dari empat lingkaran. Antara setiap lingkaran dipasang talang air dan kaca yang memungkinkan penerangan alami pada siang hari. Ini menunjukkan bahwa bangunan ini memanfaatkan sumber daya alam secara efisien.
Meskipun bangunan Rumah Hakka ini belum sepenuhnya selesai, pengunjung sudah dapat melihatnya dari luar. Bangunan ini terletak di Jalan Hakka, searah dengan Sekolah Maitreyawira School Kalimantan Barat, yang bisa diakses melalui Jalan Arteri Supadio dan Jalan Sungai Raya Dalam, atau dari belakang Mitsubishi Ayani.
Rencananya, bangunan ini akan menjadi museum sekaligus pusat pengetahuan dan edukasi khusus budaya Tionghoa untuk sub-suku Hakka. Ini juga akan menjadi tempat berkumpul bagi Anggota Perhimpunan Hakka Indonesia di Kalimantan Barat.
Wakil Gubernur Kalbar Melakukan Peletakan Batu Pertama untuk Rumah Hakka
Pada tanggal 27 September, Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Drs. Christiandy Sanjaya, SE, MM, melaksanakan peletakan batu pertama pembangunan Rumah Hakka Kalbar di Jalan Ayani II, Kubu Raya. Beliau sangat mengapresiasi pembangunan Rumah Hakka ini.
Beliau menyatakan bahwa Rumah Hakka ini akan menjadi Rumah Budaya untuk semua orang, tanpa membedakan suku atau kelompok tertentu. Ini menunjukkan pentingnya budaya Tionghoa, khususnya sub-suku Hakka, untuk Kalimantan Barat.
Ketua Perhakin Kalbar, Phang Khat Fu, menjelaskan bahwa bangunan Rumah Hakka yang akan dibangun akan berfungsi sebagai Sekretariat, Museum, Ruang Serbaguna, serta menjadi tempat untuk melestarikan kebudayaan Hakka. Rumah Hakka Kalbar diharapkan akan menjadi salah satu rumah adat Tionghoa yang mewakili budaya Hakka, dan akan menjadi ikon di Kalimantan Barat.
Phang Khat Fu juga menyebut bahwa Rumah Hakka ini akan menjadi daya tarik bagi wisatawan, termasuk turis lokal, dari luar daerah, dan mancanegara. Selain sebagai destinasi wisata, Rumah Hakka juga akan menjadi tempat pertukaran ilmu pengetahuan, sejarah, dan budaya lokal.
Proses Pembangunan Atap Rumah Hakka Telah Rampung
Proses pembangunan Rumah Hakka Kalimantan Barat telah mencapai tahap pemasangan atap pada tanggal 30 Juni 2020. Jenis atap yang dipasang adalah atap bitumen/aspal berkualitas baik, yang terdiri atas empat lingkaran. Antara setiap lingkaran dipasang talang air dan kaca yang memungkinkkan penerangan alami masuk pada saat siang hari. Proses ini merupakan salah satu tonggak penting dalam pembangunan Rumah Hakka Kalbar.
Ketua Panitia Pembangunan Rumah Hakka Kalbar, Bapak Muclis Supendi, menjelaskan bahwa tahap selanjutnya dalam pembangunan Rumah Hakka ini adalah peng-varnisan dinding batubata. Dinding batubata sengaja dipasang secara ekspos, tanpa plester, untuk mempertahankan orisinalitas material bangunan. Ini sesuai dengan arti dari ‘Tulou’ yang berarti bangunan bertingkat dari material tanah. Semua batu bata yang digunakan dalam pembangunan ini diperoleh dari tanah Kalimantan Barat, khususnya dari Kota Singkawang.
Setelah tahapan ini selesai, langkah selanjutnya adalah pemasangan keramik lantai. Dengan semakin mendekati penyelesaian pembangunan ini, Rumah Hakka Kalbar akan segera menjadi salah satu landmark penting di Kalimantan Barat.
Rumah Hakka ini tidak hanya akan menjadi bangunan bersejarah yang indah, tetapi juga akan menjadi tempat penting untuk mendokumentasikan dan melestarikan budaya Tionghoa, khususnya budaya sub-suku Hakka, di Kalimantan Barat. Ini akan menjadi pusat pengetahuan dan edukasi bagi masyarakat setempat, serta menjadi daya tarik wisata yang mengundang wisatawan dari berbagai tempat.
Pengembangan Rumah Hakka Kalbar juga merupakan bukti nyata dari kerja keras masyarakat Hakka dalam melestarikan warisan budayanya. Bangunan ini akan menjadi tempat untuk pertemuan, pembelajaran, dan perayaan budaya. Dengan adanya Rumah Hakka ini, generasi mendatang akan memiliki akses lebih mudah untuk memahami dan merasakan warisan budaya Tionghoa yang kaya dan beragam.
Tentunya, dukungan dari semua pihak, baik masyarakat lokal maupun pemerintah, akan sangat diperlukan untuk menyelesaikan pembangunan Rumah Hakka Kalbar. Selain itu, peralatan elektrik, perabotan, dan koleksi untuk museum juga akan menjadi bagian penting dalam pengembangan Rumah Hakka ini.
Pada akhirnya, Rumah Hakka Kalbar bukan hanya sekadar bangunan fisik, tetapi juga simbol penting dari keragaman budaya dan kemakmuran Kalimantan Barat. Diharapkan, dengan semakin banyak orang yang datang untuk melihat dan belajar tentang budaya Tionghoa dan sub-suku Hakka, persahabatan antarbudaya akan semakin erat, dan keberagaman akan menjadi sumber kekuatan dan kekayaan bagi Kalimantan Barat.