Sumatra Barat (Kalbar Sepekan) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) untuk tetap meningkatkan kewaspadaan. Potensi cuaca ekstrem masih berpeluang terjadi hingga 29 November 2025, di tengah kondisi bencana banjir dan longsor yang telah meluas di sejumlah wilayah. Pemerintah Provinsi Sumbar sebelumnya bahkan telah menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari akibat dampak bencana yang terjadi sejak sepekan terakhir serta BMKG Sumbar kembali mengingatkan.
Peringatan cuaca ekstrem tersebut disampaikan Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, yang menjelaskan bahwa kondisi atmosfer di Sumbar saat ini berada dalam situasi yang tidak stabil. Ia mengatakan, bibit siklon tropis 95B yang muncul di timur Aceh sejak 21 November 2025 menjadi salah satu pemicu utama hujan deras berintensitas panjang.
“Bibit siklon tropis 95B di perairan Selat Malaka bagian timur Aceh memicu pertemuan arus angin di Sumatera Barat. Ditambah dengan Indeks Dipole Mode (IOD) yang bernilai negatif, suplai massa udara basah semakin menguat,” ujar Guswanto, Kamis (27/11/2025).
Menurutnya, kondisi ini meningkatkan kelembapan udara secara signifikan, membuat atmosfer menjadi sangat labil, sehingga awan-awan konvektif tumbuh lebih tebal dan luas. Hasilnya, curah hujan tinggi dengan durasi panjang tak terhindarkan di sejumlah daerah Sumbar.
“Pertumbuhan awan hujan berlangsung masif dan intens. Inilah yang menyebabkan hujan deras tak berhenti dalam beberapa hari terakhir,” lanjutnya.
BMKG juga mengeluarkan peringatan harian selama beberapa hari terakhir. Pada 26 November 2025, Sumbar berada dalam status siaga cuaca ekstrem meliputi potensi hujan lebat hingga sangat lebat, disertai petir dan angin kencang pada pagi hingga dini hari. Wilayah yang berisiko meliputi Pasaman Barat, Agam, Tanah Datar, Padang Panjang, Padang Pariaman, Pariaman, Padang, dan Pesisir Selatan.
Kondisi serupa juga diperkirakan terjadi pada 27 November 2025 dengan pola sebaran hampir identik. BMKG memperingatkan warga untuk menghindari aktivitas di daerah rawan longsor maupun banjir bandang. Adapun pada 28 November 2025, BMKG menyebut peluang hujan sangat lebat meningkat pada pagi hingga malam hari, terutama di Pasaman Barat, Agam, Tanah Datar, Padang, Kabupaten Solok, dan wilayah sekitarnya.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Sumbar telah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari yang berlaku sejak 25 November hingga 8 Desember 2025. Langkah ini ditempuh setelah bencana banjir dan longsor yang terjadi merata di berbagai titik dalam beberapa hari terakhir.
Sekretaris Daerah Provinsi Sumbar, Arry Yuswandi, menegaskan bahwa keputusan ini diambil untuk mengoptimalkan proses evakuasi, penyaluran bantuan, hingga percepatan penanganan kerusakan infrastruktur.
“Sudah ditetapkan status tanggap darurat. Berlaku 14 hari ke depan untuk memastikan seluruh penanganan bisa berjalan terkendali,” ujarnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar mencatat bahwa bencana banjir dan longsor telah meluas hingga 13 kabupaten/kota. Daerah-daerah tersebut meliputi Padang Pariaman, Kota Padang, Tanah Datar, Agam, Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Pariaman, Pasaman Barat, Kota Bukittinggi, Kota Solok, Padang Panjang, Limapuluh Kota, serta Pasaman.
Juru Bicara BPBD Sumbar, Ilham Wahab, melaporkan bahwa kerugian sementara diperkirakan mencapai Rp4,9 miliar, namun jumlah itu masih dapat berubah seiring proses pendataan di lapangan.
“Data terus bergerak karena tim masih melakukan verifikasi di berbagai lokasi terdampak. Kerugian ini merupakan estimasi awal,” ungkapnya.
Dengan potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan masih berlangsung hingga 29 November, BMKG meminta masyarakat untuk selalu memantau informasi resmi dan segera mengungsi apabila berada di wilayah rentan banjir atau perbukitan yang rawan longsor. Pemerintah daerah juga diminta meningkatkan kesiagaan sebagai langkah mitigasi untuk menghindari jatuhnya korban jiwa.



